Oleh Syeikh Abdullah Azzam
Dalam kaidah ilmu Ushul, larangan itu menunjukkan keharaman selama tidak dipalingkan oleh “qarinah” (hubungan kata) dari kedudukan haram menjadi makruh. Tak seorangpun mengatakan bahwa memperolok-olok seorang muslim itu hukumnya makruh. Bahkan umat Islam hampir sepakat bahwa memperolok-olok seorang muslim itu haram hukumnya. Perbuatan tersebut tergolong kaba’ir (dosa-dosa besar), sedangkan dosa tersebut tidak dapat dihapus hanya dengan istighfar yang sederhana namun pelakunya harus bertaubat dengan melengkapi syarat-syaratnya. Cukup bagi kita mengetahui hadits Muslim yang keluar dari lesan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan
janganlah kalian saling bersaing dalam penawaran, dan janganlah kalian saling
membenci, dan janganlah kalian saling belakang-membelakangi, dan janganlah
sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lain. Dan jadilah kalian
hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi
muslim yang lain, tidak bolah menzhaliminya, tidak boleh menelantarkannya
(tidak memberikan pertolongan kepadanya) dan tidak boleh merendahkannya, Takwa
itu disini (sambil menunjuk ke dadanya, beliau ucapkan kata-kata itu tiga
kali). Cukuplah sebagai kejahatan seseorang, kalau ia menghina saudaranya
sesama muslim. Setiap orang muslim haram darahnya, hartanya dan kehormatannya
atas orang muslim yang lain”. (HR.
Muslim).
Kehormatan itu bukan hanya aurat yang
tertutup saja, akan tetapi kehormatan itu juga termasuk celaan atau pujian dari
seseorang, apabila engkau menggunjing seseorang, berarti engkau telah
menggerogoti kehormatannya. Apabila engkau memfitnahnya, berarti engkau
telah melukai kehormatannya. Dan apabila
engkau memperolok-oloknya, berarti engkau telah mengurangi kehormatannya.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak lalai mengenai
perkara penting dalam kaitannya dengan pembinaan masyarakat muslim itu. Sungguh
perkara itu menjadi titik berat dan pusat perhatian khutbah wada’
(perpisahan) beliau kepada
sahabat-sahabatnya pada hari Haji Akbar (hari Arafah). Beliau bertanya kepada
para sahabat ; “Hari apakah ini? Bulan apakah ini? Negeri apakah ini? Bukankah
hari ini adalah “Yaumul Haram (hari yang diharamkan)?”
“Benar, ya Rasulullah !” Jawab para sahabat
dengan serentak.
Beliau menambahkan :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya darah
kalian, harta kalian dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian seperti halnya
keharaman hari kalian ini.”
Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam tidak mencukupkan
sampai di situ saja, bahkan di penghujungnya beliau bersabda: “Ingatlah,
adakah telah aku sampaikan?”
“Ya” , jawab mereka.
Beliau kemudian berkata : “Ya Allah,
saksikanlah!”
Sesungguhnya “mahabbah” itu tidak akan
tegak di antara dua orang selama masing-masing individu –minimal- tidak menjaga
lima perkara penting dimana setiap agama datang menjaganya .. setiap agama
datang untuk menjaga lima kepentingan manusia, yakni : Agama, jiwa, kehormatan,
akal dan harta. Maka dari itu, jika engkau ingin melestarikan hubungan antara
dirimu dengan saudaramu –jika engkau tidak dapat memberikan manfaat padanya, atau
memberikan sesuatu kepadanya, atau menolongnya atau menjaganya- maka minimal
engkau menjauhkan dirinya dari gangguanmu dan menjauhkan kejahatanmu
darinya. Dan jika engkau menjatuhkan
harga dirinya, mencela kehormatannya memakan hartanya atau menumpahkan
darahnya, maka bagaimana mungkin engkau menarik simpatinya kepada dirimu.
Inilah lima perkara penting yang harus
dipelihara, dan jangan sampai disentuh keharamannya. Kaidah pokok yang
memperkuat masyarakat muslim dan kaidah fundamental yang akan memperkuat
eksistensi keluarga muslim, harakah Islamiyah, masyarakat muslim dan umat Islam
secara keseluruhan.
Mengapa harus memperolok-olok
(menghina)? Penghinaan itu tidak akan
timbul dari orang-orang rendahan terhadap orang-orang besar. Sesungguhnya
penghinaan itu lahir dari perasaan sombong dan takabur. Yang memandang manusia
dengan sebelah mata. Sesungguhnya orang-orang rendahan itu tidak akan berani
menghina para raja. Penghinaan itu datang dari orang besar kepada orang-orang
kecil. Lantas siapa sesungguhnya dirimu? Apakah engkau merasa tinggi harkat
dirimu terhadap manusia lain, dan bersikap congkak kepada mereka dengan
hartamu, atau pangkatmu, atau kemuliaanmu? Dari mana engkau mendapatkan semua
itu? Bukankah Dzat yang telah mengaruniakan kepadamu itu dapat merampasnya
kembali dari tanganmu??? Tidakkah engkau tahu bahwa Dia, Allah, memuliakan
siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya
? Menurunkan rezki dan mencabutnya kembali? Bukankah Dia pula yang mengangkat
derajat sebagian manusia dan merendahkan sebagian yang lain? Tidakkah engkau
tahu, sesungguhnya engkau, walaupun engkau adalah seorang raja, apabila engkau
menghina manusia berarti telah bemaksiat kepada Allah dengan penghinaan itu
! Sebagaimana dikatakan Al Hasan Al
Bashri : “Sesungguhnya mereka, meski suara Bighal yang mereka tunggangi
berkelotak dan kuda yang mereka tunggangi indah jalannya, akan tetapi kehinaan
maksiat itu tidak lepas dari tengkuknya. Dan Allah tidak menghendaki kecuali
menghinakan siapapun yang bermaksiyat kepada-Nya”.
“Dan barangsiapa yang dihinakan
Allah, maka tidak seorangpun yang dapat memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki”. (QS. Al Hajj : 18)
Mengapa kamu membanggakan dirimu dan
merendahkan orang? Kepada orang miskin
dan orang lemah? Tidakkah engkau tahu
bahwa Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam pernah bersabda :
“Berapa banyak orang yang kusut
rambutnya, berdebu wajahnya, berpakaian dua kain usang serta tidak dihiraukan
manusia, akan tetapi kalau dia sudah bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah
akan mengabulkan sumpahnya itu. Dan
diantara mereka itu adalah Barra’ bin Malik”.
Pernah suatu ketika, kaum muslimin terjun
dalam suatu pertempuran yang sengit melawan musuh. Mereka terdesak sehingga
posisi mereka dalam bahaya. Maka merekapun mendatangi Barra’ dan berkata : “Hai
Barra’, engkaulah yang disebut Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam dalam sabdanya: “Adakalanya
seseorang yang kusut rambutnya bedebu wajahnya, akan tetapi kalau ia sudah
minta kepada Allah, pasti Allah aka mengabulkan permohonannya itu”.
Kemudian Barra’ menengadah ke langit seraya
mengacungkan telunjuk jarinya. Dia meminta kepada Allah supaya musuh mereka
dikalahkan dalam pertempuran tersebut:
“Aku minta bahu-bahu mereka”. Belum sampai tangan Barra’ turun ke bumi,
musuh mereka telah mengalami kekalahan.
Mereka itu adalah orang-orang yang tertolak dari semua pintu rumah orang
karena rendahnya dalam pandangan mereka.
Orang-orang semisal itulah yang menyelamatkan manusia dari kehancuran
dan menjaga mereka dari malapetaka dan siksa Ilahi
“Sesunggunhya Allah mencintai orang-orang
yang berbuat kebaikan, bertaqwa lagi tersembunyi (tidak dikenal). Jika mereka
itu tidak ada, maka manusia tidak ada yang merasa kehilangan. Dan jika mereka hadir maka merekapun tidak
dipanggil dan dikenal orang. Hati mereka
adalah lentera-lentera petunjuk yang keluar dari setiap fitnah kegelapan”.
Kemudian siapakah dirimu dalam mizan Allah
‘Azza wa Jalla? Sudah sampaikah kepadamu hadits Al Bukhari yang menceritakan
dialog antara beliau dengan salah seorang sahabatnya? Pada suatu ketika seorang
laki-laki berjalan melintas di depan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Maka beliau bertanya: “Apa komentarmu
tentang orang itu?”
Sahabat tersebut menjawab: “Orang itu
pantas jika meminang akan diterima pinangannya, dan apabila meminta tolong akan
dikabulkan permintaannya”.
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam diam mendengar jawaban
tersebut. Kemudian ada seseorang
lain yang lewat, lantas beliau bertanya
lagi kepada sahabatnya yang berada di sampingnya tadi: “Apa pendapatmu
tentang orang itu?”
Sahabat itu menjawab: “Orang itu pantas
jika meminang tidak akan diterima pinangannya, dan jika meminta tolong maka
permintaannya itu ditolak”.
Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
“Yang ini (orang yang kemudian) lebih
baik daripada sepenuh bumi yang tadi (orang pertama)”.
Dua-duanya dari golongan sahabat … keduanya
dari golongan sahabat (Yang ini lebih baik daripada sepenuh bumi yang tadi),
karena segi lahir kedua orang tersebut Islam. Tidak ada sesuatu yang
nilainya lebih baik dari seribu sesuatu yang sama jenisnya kecuali manusia.
//Maka, berapa banyak satu orang yang diperhitungkan sebagai seribu
orang.
Dan berapa banyak seribu orang yang
berlalu tanpa diperhitungkan//.
Engkau tidak akan dapati seekor kuda yang
lebih baik dari seribu kuda, atau seekor onta yang lebih baik dari seribu onta,
atau seekor keledai yang lebih baik dari seribu keledai. Akan tetapi manusia
terkadang sebanding dengan sepenuh bumi orang yang sejenisnya.
Kemudian wahai saudaraku …. Mengapa engkau
takkabur? Dan mengapa engkau ‘ujub (kagum pada diri sendiri)? Tidakkah engkau
tahu bahwa maksiat lantaran ‘ujub itu dikhawatirkan tidak terampunkan,
sedangkan maksiat lantaran hawa nafsu serta dosa-dosa itu terkadang diampunkan?
Tidakkah engkau tahu bahwa Iblis bermaksiat kepada Allah lantaran dia ‘ujub,
sehingga Allah tidak mengampuninya. Sementara Adam bermaksiat kepada Allah
lantaran hawa nafsu, kendati demikian Allah mengampuninya. Berhatilah-hatilah
kalian terhadap sifat sombong dan ‘ujub.
Dalam hadits shahih disebutkan :
“Tidak akan masuk Jannah, seseorang yang
di dalam dirinya (hatinya) ada seberat biji dari kesombongan”. (HR.
Muslim)
Mengapa engkau merasa dirimu lebih tinggi
daripada yang lain? Mengapa engkau
mencemooh mereka? Tidakkah engkau mau
mengintrospeksi dirimu sendiri? Hitunglah aibmu wahai saudaraku sebelum engkau
menghitung aib orang lain. Lihatlah kekurangan dirimu sebelum engkau mencela
kekurangan orang lain.
//Jika engkau ingin hidup selamat dari
bahaya
Rezkimu melimpah dan kehormatan terjaga
Hendaklah lisanmu jangan sesekali engkau
gunakan
Menggunjing aurat seseorang
Masing-masing kamu adalah aurat
Padahal manusia itu punya lesan
Jika nampak olehmu aib seseorang, maka
katakanlah
Wahai mata ketahuilah manusia juga punya
mata
Pergaulilah manusia dengan baik dan
berlapang dada
Terhadap seseorang yang berlaku aniaya
Tinggalkan ia dengan cara yang bijak
pula
Tidakkah engkau tahu bahwa neraka itu
dikhususkan sebagai tempat orang-orang yang takabbur dan sombong.
Dan surga itu dikhususkan sebagai tempat
orang-orang yang lemah ?//
Dalam hadits shahih riwayat Bukhari
disebutkan :
0 komentar:
Post a Comment