Tafsir

QS Az-Zukhruf 67 – Arab, Terjemah, dan Tafsir Lengkap seputar Berteman

Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Allah menyuruh kita untuk memilih teman, salah satunya melalui firmanNya di Quran Surat Az-Zukhruf ayat 67. Mari sama-sama kita mempelajarinya. Bismillah.

Allah ta’ala berfirman:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa,” (QS Az-Zukhruf: 67).

Tafsir At-Tabari

Menjelaskan ayat di atas, Imam At-Tabari menulis sebagai berikut:

المتخالون يوم القيامة على معاصي الله في الدنيا، بعضهم لبعض عدوّ، يتبرأ بعضهم من بعض، إلا الذين كانوا تخالّوا فيها على تقوى الله.

“Orang-orang yang saling berteman dalam kemaksiatan kepada Allah ketika di dunia, nanti ketika mereka di hari kiamat akan saling bermusuhan antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka juga akan saling berlepas diri antara yang satu dengan yang lainnya, kecuali orang-orang yang saling berteman dalam ketakwaan kepada Allah.”

Tafsir Ibnu Katsir

Menjelaskan QS Az-Zukhruf 67, Ibnu Katsir rahimahullah menulis sebagai berikut:

كُلُّ صَداقَةٍ وصَحابَةٍ لِغَيْرِ اللَّهِ فَإنَّها تَنْقَلِبُ يَوْمَ القِيامَةِ عَداوَةً إلّا ما كانَ لِلَّهِ، ﷿، فَإنَّهُ دائِمٌ بِدَوامِهِ.

“Setiap pertemanan atau persahabatan, yang dibangun bukan karena Allah , sungguh itu nanti ketika di
hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan, kecuali (pertemanan atau permusuhan) yang dibangun karena Allah
. Pertemanan yang seperti inilah yang akan kekal.

وهَذا كَما قالَ إبْراهِيمُ لِقَوْمِهِ:

Ini seperti yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam kepada kaumnya, seperti di dalam firmanNya:

﴿إنَّما اتَّخَذْتُمْ مِن دُونِ اللَّهِ أوْثانًا مَوَدَّةَ بَيْنِكُمْ فِي الحَياةِ الدُّنْيا ثُمَّ يَوْمَ القِيامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ ويَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ومَأْواكُمُ النّارُ وما لَكُمْ مِن ناصِرِينَ [العَنْكَبُوتِ:٢٥].

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu adalah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagiu para penolong pun,” (QS Al-Ankabut: 25).

BACA JUGA:  Tafsir Al-Baqarah 138: Makna Al Shibghah

Riyadhus Shalihin

Imam An-Nawawi rahimahullah memasukkan hadis ini di dalam Riyadhus Shalihin ke dalam suatu bab berjudul:

باب حث السلطان والقاضي وغيرهما من ولاة الأمور عَلى اتخاذ وزير صالح وتحذيرهم من قرناء السوء والقبول منهم

“Bab Anjuran bagi para sultan (presiden), qadhi (hakim), juga yang lainnya dari kalangan wulatul amr (pemegang kekuasaan) agar mengangkat wazir (deputi, atau pejabat pembantu, atau menteri) yang saleh, juga peringatan kepada mereka agar tidak berdekatan dengan orang-orang yang jahat apalagi menerima mereka.”

Tafsir Al-Qurtubi

Di dalam Al-Jami li Ahkamil Quran, Imam Al-Qurtubi menukil asbabun nuzul QS Az-Zukhruf 67. Beliau menulis:

An-Naqqasy meriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan tentang Umayah bin Khalaf Al-Jumahi dan Uqbah bin Abi Mu’ith, yang mana keduanya merupakan sahabat atau teman dekat.

Suatu ketika, Uqbah sedang duduk berbincang bersama Nabi , lalu datanglah orang-orang Quraisy, “Sesungguhnya Uqbah bin Abi Mu’ith telah murtad.”

Umayah bin Khalaf, yang merupakan sahabat dekat Uqbah bin Abi Mu’ith, kemudian mengancam Uqbah:

“Diriku (Umayyah bin Khalaf) haram bagimu (Uqbah bin Abi Mu’ith), jika kamu (Uqbah) bertemu Muhammad tetapi kamu tidak berpaling (mengingkari) dirinya (diri Muhammad ).”

Setelah dihasut teman dekatnya tadi, Uqbah akhirnya mengingkari Nabi Muhammad , dia murtad di hadapan Nabi Muhammad (bahkan di riwayat lain Uqbah bin Abi Mu’ith meludahi wajah Nabi Muhammad ).

Akhirnya, Nabi bernazar membunuh Uqbah bin Abi Mu’ith. Maka Uqbah bin Mu’ith pun terbunuh di perang Badar, dan itu memang sudah garis takdirnya. Pun demikian dengan Umayah bin Khalaf, yang terbunuh di peperangan yang lainnya.

Tafsir As-Sa’di

Menjelaskan ayat ini, Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di rahimahullah berkata:

“Teman-teman dekat yang saling berkawan dalam kekufuran, dusta, dan maksiat, “sebagiannya menjadi musuh bagi sebagaian yang lain,” di hari kiamat nanti. Itu karena persahabatan mereka, juga sikap saling mencintai di antara mereka ketika di dunia tidak didasari karena Allah. Alhasil, persahabatan mereka berubah menjadi permusuhan di hari kiamat, “kecuali orang-orang yang bertakwa,” yang menjaga diri dari syirik dan maksiat. Cinta orang-orang yang bertakwa itu akan kekal abadi dan menyatu dengan keabadian cinta karena Allah.

BACA JUGA:  Tafsir QS Al Isra 18: Barangsiapa Menghendaki Kehidupan Sekarang (Dunia)...

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Teman-teman karib pada hari kiamat itu sebagian mereka menjadi musuh bagi yang lainnya karena hubungan pertemanan mereka terjalin atas dasar kezaliman, tidak atas dasar kebaikan dan kemaslahatan, kecuali orang-orang yang bertakwa yang tidak saling bermusuhan karena pertemanan dan persahabatan mereka terjalin atas dasar ketaatan kepada Allah. 68. Allah telah menggambarkan dalam ayat-ayat yang lalu tentang keadaan bani israil yang memperoleh azab yang amat pedih di hari kiamat karena ke zaliman mereka. Selanjutnya, Allah menggambarkan ke nikmatan yang akan di peroleh oleh orang-orang saleh di dalam surga. ‘wahai hamba-hamba-ku yang mengikuti jalan-ku yang lurus! tidak ada ketakutan bagimu pada hari kiamat itu dan tidak pula kamu bersedih hati dalam menghadapi keadaan apa pun pada hari itu.

Tafsir Muyassar Kemenag Saudi Arabia

Orang-orang yang berteman akrab dalam kemaksiatan kepada Allah di dunia, sebagian dari mereka akan berlepas diri dari sebagian yang lain di Hari Kiamat, akan tetapi orang-orang yang berkawan di atas landasan takwa kepada Allah, maka perkawanan mereka tetap berlangsung di dunia dan akhirat.

Tafsir Al-Azhar Buya Hamka

Menjelaskan QS Az-Zukhruf 67, Buya Hamka rahimahullah menulis sebagai berikut:

“Mengapa kawan rapat dapat dipandang musuh pada hari kiamat? Betapa tidak. Bukankah kawan-kawan rapat itu juga yang banyak menentukan corak manusia? Sebuah hadis[i] Nabi pun pernah menyebutkan:

الدِّينُ المعاملةُ

“Agama itu ialah pergaulan.”

Kata-kata ahli pendidikan, “Salah satu pembentuk watak manusia ialah lingkungan.”

Di ujung ayat ditegaskan:
“Kecuali orang-orang yang takwa.” Yaitu orang-orang yang senantiasa membentuk dan memelihara hubungan baik dengan Tuhan. Niscaya orang yang bertakwa kalau mencari kawan-kawan rapat, hanya salah satu dari dua:

Pertama: orang yang lebih tinggi imannya dari dia, untuk dijadikan teladan,

Kedua: orang yang kurang dari dia, untuk dipimpinnya.

Maka terhadap orang yang bertakwa ini Allah bersabda di hari kiamat:

“Wahai hamba-hambaKu! Tidak ada ketakutan atas kamu pada hari ini, dan tidak kamu akan berdukacita,” (Ayat 68).

BACA JUGA:  Tafsir QS Al-Ikhlas 1-4: Allah Satu, Tidak Beranak, Tidak Punya Orang Tua, Tidak Tertandingi

Fi Zilalil Quran

Merenungi ayat 67 dari Quran Surat Az-Zukhruf ini, Sayyid Qutub menulis sebagai berikut:

“Permusuhan teman-teman akrab itu tumbuh dari sumber kasih sayang mereka. Mereka itu sebelumnya di kehidupan dunia bersatu padu dalam kejahatan, dan sebagian dari mereka mendorong ke arah kesesatan kepada sebagian yang lain. Maka pada hari ini, mereka saling mengecam. Pada hari ini sebagian dari mereka menimpakan tanggung jawab kesesatan dan akibat dari kejahatan kepada sebagian yang lain. Dan, pada hari ini, mereka berubah menjadi musuh-musuh yang saling menyalahkan, sementara sebelumnya, mereka adalah teman-teman yang saling memanggil dengan penuh kasih sayang!”

“Kecuali orang-orang yang bertakwa.” Pada mereka itu, kasih sayang di antara mereka tetap ada, karena pertemuan mereka adalah dalam petunjuk, saling menasihati kepada kebaikan, dan balasan yang mereka terima
adalah keselamatan.

Sukoharjo, 13 September 2021

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)


[i] Syaikh bin Baz Rahimahullah mengatakan bahwa ini bukan hadis, tidak ada asal-usulnya. Meski demikian, makna ungkapan ini sahih, tetapi ingat, ini bukan hadis, (Al-Fawaid al-ilmiyah min ad-durus al-baaziyah: 2/161).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button