Fiqih

Hukum Menolak Hadiah dalam Tinjauan Syariat

 

Pertanyaan: Saya memiliki teman dekat, dan saya memberinya sedikit hadiah, tetapi dia menolaknya dan kadang dia berkata kepada saya bahwa dia tidak butuh hadiah tersebut atau memiliki barang yang serupa. Tindakannya itu membuat saya sedih sekali. Lalu, apakah boleh menolak hadiah karena tidak butuh?

Padahal, hadiah yang saya beri itu berupa kebaikan, yang bisa bermanfaat bagi dirinya, seperti kitab, mushaf, atau pulpen atau lukisan, tetapi dia menolaknya padahal itu bisa bermanfaat baginya, apakah ini boleh? Apakah ini sejalan dengan sunah Rasulullah ? Jazaakumullah khair

Jawaban oleh tim fatwa Asy-Syabakah Islamiyah, diketuai oleh Syaikh Abdullah Al-Faqih

Segala puji bagi Allah. Selawat dan salam kepada Rasulullah, keluarganya, dan sahabatnya. Amma ba’du

Sudah maklum bahwa memberi hadiah dan menerima hadiah adalah termasuk sunah Nabi , baik sunah beliau yg berupa perkataan maupun perbuatan. Memberi dan menerima hadiah adalah satu dari sekian sebab hilangnya permusuhan, dan bertambahnya rasa cinta di antara dua orang yang memberi dan menerima hadiah.

Menolak hadiah tanpa sebab hukumnya makruh berdasarkan sabda Nabi :

تهادوا تحابوا

“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai,” (Adabul Mufrad. Al-Albani: Hasan).

Di dalam Al-Muwattha disebutkan:

وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ

“Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya akan tumbuh rasa cinta dan sirna pula rasa permusuhan,” (Al-Muwattha: 1731).

Di dalam Syu’abul Iman karya Al-Baihaqi dari Khalid bin ‘Adi dari Nabi yang bersabda:

مَنْ بَلَغَهُ مَعْرُوفٌ عَنْ أَخِيهِ مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ وَلَا إِشْرَافِ نَفْسٍ فَلْيَقْبَلْهُ وَلَا يَرُدَّهُ ، فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ

“Siapa saja yang mendapat kebaikan dari saudaranya, padahal dia tidak meminta dan tidak berambisi untuk mendapatkannya, maka hendaknya dia menerima pemberian tersebut dan tidak menolaknya. Sungguh, itu adalah rezeki dari Allah yang dicurahkan kepadanya,” (Syuabul Iman. Al-Albani: Sahih).

BACA JUGA:  Menyentuh Kemaluan Wudu Batal?

Di dalam Sahih Al-Bukhari dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu dari Nabi yang bersabda:

وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

“Seandainya aku diberi hadiah satu paha kambing bagian depan atau satu paha kambing bagian belakang, niscaya aku akan menerimanya,” (Sahih Bukhari: 2568).

Oleh karena itu, disunahkan bagi seorang muslim untuk menerima hadiah saudaranya atau teman dekatnya, apalagi jika (hadiahnya) seperti yang disebutkan di dalam pertanyaan. Jika seseorang tidak butuh barang tersebut, hendaknya dia tetap menerimanya karena (dengan menerima hadiah) itu adalah ittiba sunnah (mengikuti sunah) dalam perbuatan, akhlak yang mulia, menjaga muru’ah (wibawa/harga diri) teman dekatnya tadi.

Meski demikian, hukum menerima hadiah bukan wajib. Ada penjelasan tentang kapan hadiah boleh ditolak. Disebutkan di dalam Kasyful Qina:

والهدية تذهب الحقد وتجلب المحبة ولا ترد: أي يكره ردّ الهدية وإن قلت مع انتفاء مانع القبول… ويجوز ردها لأمور مثل أن يريد أخذها بعقد معاوضة، أو يكون المعطي لا يقنع بالثواب المعتاد، أو تكون الهدية بعد السؤال واستشراف النفس لها

“Hadiah bisa menghilangkan rasa benci dan menumbuhkan rasa cinta. Maka jangan menolaknya. Maksudnya, hukumnya makruh untuk menolak hadiah, meskipun itu sedikit dan tidak ada penghalang untuk menerimanya. Boleh menolak hadiah untuk beberapa perkara, seperti:

1. Jika maksud dia menerima itu dengan adanya perjanjian (akad) balas jasa

2. Jika si pemberi tidak puas dengan balasan yang biasa

3. Jika hadiah itu diberi setelah adanya unsur meminta-minta dan ada ambisi untuk memilikinya.”

Wallahu’alam

Fatwa No: 173189 & 94363

Tanggal: 15 Rabiul Awal 1433 & 18 Rabiul Awal 1428

Sumber: Asy-Syabakah Al-Islamiyah

Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)

==========

السؤال

سؤالي هو: لدي صديق عزيز وأعطيه بعض الهدايا ولكنه يرفضها وأحيانا يقول لي أنا لا أحتاجها أو يقول لي أن عنده مثلها وهذا يسبب لي الحزن الشديد، فهل يجوز رفض الهدية وإن كان لا يحتاجها؟ والهدايا التي أقدمها ليس فيها إلا الخير له وسيستفيد منها إن أخذها: مثل كتاب أو مصحف أو قلم جميل أو لوحة ـ ولكنه لا يريدها وحتى إن كان يستفيد منها، فهل يجوز هذا؟ وهل يتطابق مع سنة الرسول عليه الصلاة والسلام؟ وجزاكم الله خيرا.

BACA JUGA:  Utang Dalam Islam - Definisi, Hukum, Syarat, dan Kaidah

الإجابــة

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعد:

فمن المعلوم أن التهادي وقبول الهدية من سنة النبي صلى الله عليه وسلم، قولا وعملا، وهو من أسباب ذهاب الشحناء وزيادة الألفة والمحبة بين المتهادين، وردها من غير سبب مانع من قبولها مكروه، فقد قال النبي صلى الله عليه وسلم: تهادوا تحابوا. أخرجه البخاري في الأدب المفرد عن أبي هريرة وحسنه الألباني .

وفي الموطإ: تصافحوا يذهبِ الغِلُّ، وتهادوا تحابوا وتذهب الشحناء.

وفي شعب الإيمان للبيهقي عن خالد بن عدي أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من جاءه من أخيه معروف من غير إشراف ولا مسألة فليقبله ولا يرده، فإنما هو رزق ساقه الله إليه. صححه الألباني. 

وفي صحيح البخاري عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لو أهدي إلي ذراع أو كراع لقبلت.

لذلك، يسن للمسلم أن يقبل هدية أخيه أو صديقه، لا سيما إن كانت مثل هذه الأشياء المذكورة في السؤال، وإن لم يكن يحتاجها، فليقبلها اتباعا للسنة وعملا بمكارم الأخلاق ومراعاة لخاطر صديقه، ومع ذلك فإن قبولها ليس واجبا، وقد سبق بيان أسباب انتفاء كراهة رد الهدية في الفتوى رقم: 94363.

والله أعلم.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button