TazkiyahHadis

Hadits tentang Kedzaliman dan Sifat Bakhil lagi Rakus

Pembaca rahimakumullah, Islam sangat melarang sikap zalim, jahat, tirani. Bahkan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah mewanti-wanti bahwa dua dari sekian penyebab binasanya umat karena zalim dan tamak. Sudah banyak terjadi dan kita temui di kehidupan sehari-hari, bukan? Ini hadisnya. Teruskan membaca!


Oleh Syekh Saleh Sadlan

Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahuanhuma bahwa Rasulullah bersabda,
 
اتَّقُوا الظُّلْمَ ؛ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ
 
“Takutlah kalian terhadap kezaliman, karena kezaliman akan menjadi kegelapan di hari kiamat. Takutlah kalian terhadap “Asy-Syuhha”, karena ia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Asy-Syaha mendorong manusia untuk menumpahkan darah, dan menghalalkan kehormatan mereka,” (HR Muslim: 2578).
 
Kosa kata hadis:
·         اِتَّقُوْا : Takutlah. Yakni, berhati-hatilah dan hindarilah.
·         الظُّلْمَ: Dengan zamah lalu sukun, kata dasarnya adalah ظَلَمَ yang artinya zalim, menyimpang, dan melewati batas, atau menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.[1]
·         الشُّحَّ: bakhil tingkat akut, disertai dengan sifat tamak atau rakus.[2]
·         حَمَلَهُمْ: yang menyebabkan mereka melakukan suatu perbuatan.
·         سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ: sebagian mereka saling membunuh sebagian yang lain untuk mengambil hartanya atau untuk menghalangi dari mendapatkan haknya.
·         وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ: menghalalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah atas diri mereka dalam urusan wanita-wanita mereka, misal berbuat keji (terhadap wanita-wanita mereka), atau mereka melakukan tipu daya dengan melakukan apa-apa diharamkan oleh Allah ta’ala atas diri mereka.[3]
 
Makna Hadis:
Di dalam hadis ini terdapat peringatan terhadap dua sifat yang tidak terpuji. Sifat yang pertama adalah zalim, sifat yang kedua adalah asy-syuhha.
 
Zalim adalah lawan kata dari adil. Syariat ini semuanya adil. Syariat ini memerintahkan untuk bersikap adil, dan melarang dari sikap zalim. Iman, baik pada tataran pokok atau cabang, batin maupun zahir, semuanya mengandung keadilan, dan kebalikannya adalah zalim.
 
Hendaknya kita senantiasa bersikap adil,[1]yaitu dengan mengakui wujud Allah dan memurnikan tauhid kepadaNya, serta beriman terhadap sifat-sifatNya yang tinggi, juga terhadap nama-namaNya yang baik. Adil juga terwujud dengan memurnikan agama ini, beribadah kepadaNya, menegakkan pokok-pokok iman, juga syariat Islam.
 
Kezaliman terdiri atas beberapa macam, yaitu kezaliman yang berkaitan dengan hak-hak Allah , dan kezaliman yang berkaitan dengan hak-hak hamba.[2] Kezaliman yang paling besar adalah yang berkaitan dengan hak-hak Allah, dan menyekutukanNya. Nabi pernah ditanya, “Dosa apa yang paling besar?” Beliau menjawab,
 
أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
“Kamu menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakanmu,” (HR Bukhari: 4477. Muslim: 86).
 
Kezaliman, apa pun macamnya, semuanya adalah haram, karena kezaliman – seperti yang dijelaskan oleh Nabi sebelumnya – akan berubah menjadi kegelapan di hari kiamat. Secara zahir, kezaliman akan menjadi kegelapan bagi pelakunya yang tidak bakal mendapat petunjuk jalan di hari kiamat. Padahal, cahayanya orang-orang yang beriman justru bersinar menyinari mereka dari depan, kanan, dan kirinya.[4]
 
Orang yang berlaku zalim tidak akan mendapat pelita di hari kiamat lantaran kezalimannya di dunia. Bisa jadi di hadapannya ada lubang yang sangat dalam, maka jatuhlah dia ke dalam satu dari sekian lubang-lubang neraka.
 
Kemudian Nabi juga memperingatkan tentang sifat As-Syuhha dengan sabdanya, “Takutlah kalian terhadap “Asy-Syuhha.” Asy-Syuhha adalah tamak terhadap harta, atau menahan diri (dari mengeluarkan harta) untuk sesuatu yang sifatnya wajib (zakat, dll). Asy-Syuhha adalah satu dari sekian cabang kezaliman, sebagai isyarat bahwa asy-syuhha adalah satu dari sekian bentuk kezaliman yang paling besar.”[5]
 
Tentang sabda Nabi :
 
فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
“Karena ia (asy-Syuhha) telah membinasakan kaum sebelum kalian,”
 
Al-Qadhi berkata, “Mungkin saja kehancuran di sini adalah kehancuran yang dikabarkan tentang mereka di dunia, karena mereka salingg menumpahkan darah, mungkin pula bermakna kehancuran di akhirat, yang kedua lebih jelas, bisa juga maknanya adalah menghancurkan mereka di dunia dan akhirat.”[6]
 
Banyak punya yang mengatakan, “Asy-Syuhha adalah bakhil tingkat tinggi. Asy-Syuhha adalah satu dari sekian bentuk bakhil. Disebutkan pula bahwa, ‘Asy-Syuhha’ adalah bakhil yang disertai dengan sifat tamak.’”[7]
 
Pelajaran dari Hadis ini:
1.       Haramnya kezaliman dan peringatan tentang bahaya sifat zalim atau tindak kezaliman
2.       Perkara-perkara yang bersifat maknawi akan berubah di hari kiamat menjadi perkara-perkara yang bisa dirasa atas izin Allah ta’ala
3.       Bakhil dan zalim adalah dua dari sekian sebab-sebab tersebarnya kejahatan
4.       Zalim dan asy-Syuhha adalah dua dari sekian dosa-dosa besar, yang menyebabkan kecelakaan di dunia dan kesedihan yang besar di hari kiamat.
 
Sumber: Arbaun Haditsan Kullu Hadits Fi Hashlatain: 119-122
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)
BACA JUGA:  Adabul Mufrad 2: Ridha Allah di bawah Ridha Orang Tua

 


 

[1] Allah memerintahkan manusia untuk bersikap adil dalam firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk bersikap adil,” (QS An-Nahl: 90).
[2] Tentang kezaliman terhadap hak-hak manusia, Rasulullah bersabda:
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

“Takutlah dengan doa orang yang terzalimi, sebab tidak ada hijab/ penghalang antara dia dengan Allah (untuk dikabulkannya doa itu),” [Shahih Muslim].

 


 

[1] Mu’jam Lughatul Fuqaha: 296
[2] Lisanul Arab: 2/276
[3] Nuzhatul Muttaqin Syarah Riyadhus Shalihin: 1/186
[4] Sahih Muslim bi Syarah An-Nawawi: 16/104
[5] Faidul Qadir: 1/134
[6] Sahih Muslim bi Syarah An-Nawawi: 16/134
[7] Sahih Muslim bi Syarah An-Nawawi: 16/370

 

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button