Uncategorized

Hukum Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam | oleh Syaikh Muhammad Ahmad Muhammad al-‘Ammar

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang mengajar dengan qalam, mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tidak diketahuinya. Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang menciptakan manusia, memberikan penjelasan kepadanya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi yang tidak bertutur dari hawa nafsu, tidak adalah ia kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya.

Amma ba’du:

Kaum muslimin berbeda pendapat tentang hukum merayakan perayaan manusia nabi mereka. Di antara mereka adalah yang membolehkannya dengan alasan bahwa Allah subhanahu wata’ala mensyari’atkan dan menyuruhnya.

Di antara mereka ada yang mengharamkannya dengan alasan bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak mensyari’atkan dan tidak menyuruhnya. Dan Allah subhanahu wata’ala menyuruh kaum muslimin apabila mereka berbeda pendapat dalam satu masalah agar berhukum kepada al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ الله تَعَالَى: ﴿ وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ﴾ [الشورى : 10

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah,” (QS. asy-Syura:10)

قَالَ الله تَعَالَى: ﴿ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً ﴾ [النساء: 59]

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,” (QS. an-Nisa`:59)

Dan menyuruh mereka bertahkim kepada al-Qur`an dan sunnah, ridha dan berserah diri apabila merugikan mereka atau menguntungkan. Firman Allah subhanahu wata’ala:

 قَالَ الله تَعَالَى: ﴿ فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً ﴾  [النساء : 65]

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya,” (QS. an-Nisa`:65)

Dan memuji kaum muslimin apabila berbeda pendapat yang bertahkim kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾  [النور: 51]

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (QS. an-Nuur: 51).

Dan mencela kaum muslimin yang bertahkim kepada selain al-Qur`an dan sunnah saat mereka berbeda pendapat. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ أَفَحُكْمَ  الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللّهِ حُكْماً لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾  [المائدة:50]

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin?” (QS. al-Maidah: 50).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

 وقَالَ تَعَالَى: ﴿ أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُواْ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُواْ إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُواْ أَن يَكْفُرُواْ بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيداً ﴾ [النساء: 60]

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya,” (QS. an-Nisa`:60).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

و قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ﴾ [النور: 48]

“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul mengadili diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk dating,” (QS. an-Nuur: 48).

Dan menyuruh hakim agar memutuskan di antara dua orang yang berselisih pendapat dengan al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ  ﴾  [المائدة:49 ]

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu,” (QS. al-Maidah:49).

Dan memperingatkannya dari hukum dari hukum selain al-Qur`an dan sunnah. Firman Allah subhanahu wata’ala:

 قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أنزَلَ اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾  [المائدة: 45]

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim,” (QS. al-Maidah: 45).

Memutuskan di antara dua golongan orang beriman dengan yang diturunkan Rabb semesta alam.

Pertama: kembali kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saya mendapatkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menyuruh semua kaum muslimin agar mengikuti Kitabullah dan sunnah untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala, agama dan nabi-Nya.

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَهَـذَا  كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴾ [الأنعام: 155 ]

“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat,” (QS. Al-An’am: 155).


وقَالَ تَعَالَى: ﴿ اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ ﴾  [الأعراف: ٣]

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya),” (QS. al-A’raaf: 3).

وقَالَ تَعَالَى: ﴿ قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾  [آل عمران: 31]

“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Ali Imran: 31).

Dan memberi jaminan kepada mereka bila mengikuti al-Qur`an dan sunnah bahwa mereka tidak tersesat dalam mengenal Rabb, agama dan nabi mereka, dan tidak celaka di akhir hidup mereka. Firman Allah subhanahu wata’ala:

 قَالَ تَعَالَى: ﴿ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى﴾ [سورة طه: ١٢٣ ]

“Lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka,” (QS. Thaha: 123).


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( وَقَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنْ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابُ اللَّه  )) رواه مسلم

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku telah meninggalkan padamu yang kamu tidak akan tersesat bila tetap berpegang padanya: Kitabullah.’ (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا   كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ)) رواه الحاكم وصححه

“Ku tinggalkan padamu dua perkara yang kamu tidak tersesat selama kamu berpegang dengan keduanya: Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya
.” (HR. Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
Dan tidak ada dalam muhkam al-Qur`an dan sunnah menyuruh merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga kita harus mengikutinya.

BACA JUGA:  Siapa yang harus diprioritaskan, Ibu atau Istri?

Kedua: saya mendapatkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menyuruh mengikuti syari’at-Nya untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala, agama dan nabi-Nya. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا ﴾ [سورة الجاثية: ١٨]

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu,” (QS. al-Jatsiyah: 18).

Dan saya tidak menemukan tentang merayakan maulid nabi dalam yang muhkam dari yang disyari’atkan Allah subhanahu wata’ala sehingga kita harus mengikutinya.
   
Ketiga: saya menemukan bahwa Allah subhanahu wata’ala menyuruh mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ﴾ [سورة الأعراف:
١٥٨]

“…dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk,” (QS. al-A’raaf: 158).
Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿ قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴾ [سورة آل عمران: ٣١]

“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Ali Imran: 31).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menyuruh merayakan maulidnya sehingga kita harus melaksanakannya dan beliau tidak pernah merayakannya sehingga kita mesti mengikutinya, semestara beliau hidup selama enam puluh tiga tahun.

Keempat: saya menemukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh mengikuti sunnah khulafaur rasyidin dan ia mengikuti wahyu.

عَنْ الْعِرْبَاضِ  بْنِ سَارِيَةَرضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : ((قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ وَمَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ )) صحيح لذاته رواه أحمد  حديث

Dari ‘Irbath bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Saya telah meninggalkanmu di atas warna putih (sangat jelas), malamya sama seperti siangnya, tidak menyimpang darinya sesudahnya kecuali orang yang binasa, dan siapa yang hidup sesudahku maka ia akan melihat perbedaan pendapat yang banyak, maka berpeganglah dengan sunnahku yang sudah kamu ketahui dan sunnah para khalifah rasyidah yang diberi petunjuk.’ (HR. Ahmad).
Dan para khalifah rasyidah tidak pernah merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di masa hidup beliau dan tidak pula setelah wafatnya sehingga kita harus mengikutinya sunnah mereka.

Kelima: saya menemukan bahwa Allah subhanahu wata’ala memperingatkan dari mengikuti selain jalan orang-orang beriman, dan jalan mereka adalah mengikuti wahyu. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ  مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ  مَصِيراً ﴾ [النساء: ١١٥]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudahjelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali,” (QS. an-Nisaa`: 115).

Dan kaum muslimin dari kalangan sahabatnya dan keluarganya tidak pernah merayakan maulidnya di masa hidupnya dan tidak pula setelah wafatnya sehingga kita mesti mengikuti jalan mereka.

Keenam: saya menemukan bahwa Allah subhanahu wata’ala memperingatkan dari mengikuti syari’at manusia untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala, agama-Nya dan nabi-Nya. Firman Allah subhanahu wata’ala:

[ الشورى: ٢١] قَالَ تَعَالَى: ﴿  أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ﴾

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah,” (QS. asy-Syura: 21).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

وقَالَ تَعَالَى: ﴿ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَا أَنزَلَ اللّهُ إِلَيْكَ ﴾  [المائدة: ٤٩]     

“… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu,” (QS. al-Maidah: 49).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

و قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيراً وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ﴾ [المائدة: 77]

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus,” (QS.al-Maidah: 77).

Dan Dia memperingatkan dari mengikuti yang disyari’atkan para pemuka agama. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيراً مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ ﴾ [سورة التوبة: ٣٤]   


“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah,” (QS. at-Taubah: 34).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

و قَالَ تَعَالَى: ﴿ اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ ﴾ [سورة التوبة: ٣١ ]

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah,” (QS. at-Taubah: 31).

وعَنْ عَدِي بن حَاتِمٍ رضي الله عنه قَالَ: (( أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَقْرَأُ سُورَةَ بَرَاءَةٌ، “اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ حَتَّى فَرَغَ مِنْهَا، فَقُلْتُ: إِنَّا لَسْنَا نَعْبُدُهُمْ، فَقَالَ:”أَلَيْسَ يُحَرِّمُونَ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فَتُحَرِّمُونَهُ وَيُحِلُّونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ، فَتَسْتَحِلُّونَهُ؟”قُلْتُ: بَلَى، قَالَ:”فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ” )) حديث حسن رواه الطبراني المعجم الكبير 

Dari ‘Ady bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau sedang membaca surah Bara`ah (Taubah):

((اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ  
  )) hingga beliau selesai membacanya. Aku berkata: Kami (Nashrani) tidak pernah menyembah mereka.

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Bukankah mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah subhanahu wata’ala lalu kamu mengharamkannya, dan mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah subhanahu wata’ala lalu kamu menghalalkannya? Aku menjawab: bahkan. Beliau bersabda: ‘Itulah (yang dimaksud) penyembahan terhadap mereka.”

Dan Dia subhanahu wata’ala memperingatkan dari mengikuti sesuatu yang disyari’atkan oleh para leluhur. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُواْ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ﴾  [ المائدة: ١٠٤]


“Apabila dikatakan kepada mereka:”Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab:”Cukuplah untuk kami apa yang kamu dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuki,” (QS. al-Maidah: 104).

BACA JUGA:  Kejujuran dan Keikhlasan Para Salaf #3

Dan Dia subhanahu wata’ala memperingatkan dari mengikuti yang disyari’atkan oleh para pemimpin dan para pembesar. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قال الله تَعَالَى: ﴿ يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ  يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا. وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا  السَّبِيلَا. رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ  وَالْعَنْهُمْ لَعْناً كَبِيراً ﴾ [ الأحزاب:  66-68]

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:”Alangkah baiknya, andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul”. * Dan mereka berkata:”Ya Rabb Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). * Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar,” (QS. al-Ahzab: 66-68).
Dan saya menemukan merayakan maulid nabi termasuk sesuatu yang disyari’atkan oleh mereka.

Dan saya menemukan bahwa Allah subhanahu wata’ala membagi al-Qur`an kepada Muhkam dan Mutasyahih. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ﴾ [آل عمران: 7]

“Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat,” (QS. Ali Imran: 7).

Dan Dia subhanahu wata’ala menyuruh mengikuti yang Muhkam dan memperingatkan dari mengikuti yang mutasyabih.  Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ﴾ [ آل عمران: ٧]

“Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat…” (QS. Ali Imran: 7).

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: (( تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم هَذِهِ الْآيَةَ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتِ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكِ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ ))رواه البخاري ومسلم

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat ini seraya bersabda: ‘Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih maka merekalah yang dinamakan oleh Allah subhanahu wata’ala, maka hati-hatilah terhadap mereka.

Dan saya menemukan merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk pada yang mutasyabih dari al-Qur`an dan sunnah yang Allah subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa mengikutinya adalah sesat.

Kedelapan: saya menemukan bahwa dalil-dalil yang dijadikan pegangan para saudaraku yang merayakan maulid nabi mereka berupa sedekah, berbuat baik, silaturrahim, berkumpul untuk membaca sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan membaca al-Qur`an disyari’atkan sepanjang tahun, bukan khusus dengan melaksanakan hari kelahiran. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴾  [العنكبوت: 51]

“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasannya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka Sesungguhnya di dalam (al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman,” (QS. al-‘Ankabuut: 51).

Seorang muslim melaksanakan hal ini sepanjang tahun lebih bermanfaat baginya dan untuk orang lain dari pada melakukannya hanya sekali selama setahun. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءهُمْ ﴾  [محمد: 14 ]

“Maka apakah orang-orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya,” (QS. Muhammad: 14).

Kesembilan: Saya mendapatkan bahwa Allah subhanahu wata’ala menyuruh mengagungkan dan membesarkan Nabi-Nya. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ  ﴾ [الفتح: 9]


“supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya.Dan bertasbi kepada-Nya di waktu pagi dan petang,” (QS. Fath: 9).

Dan tidak menjadikan membesarkannya dan mengagungkannya dalam merayakan maulidnya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sesungguhnya membesarkannya adalah dalam:

Beriman kepadanya.
قَالَ تَعَالَى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ آمِنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ ﴾ [النساء136]


“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,” (QS. an-Nisa`: 136)

Dan mencintainya:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: (( لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ )) رواه البخاري ومسلم

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Tidak beriman (yang sempurna) seseorang darimu sehingga aku lebih dicintai kepadanya dari anaknya, bapaknya dan semua manusia,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Mengikutinya: firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴾ [آل عمران: 31]

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. ali Imran: 31)

Taat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam: firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ ﴾ [ النساء: ٦٤]


“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita’ati dengan seijin Allah,” (QS. an-Nisaa`: 64)

Menjunjung perintah beliau dan menjauhi larangannya. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى:﴿ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ﴾ [الحشر: 7]

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya,” (QS. Al-Hasyr: 7).

Takut menyelisihinya. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴾ [النور: 63]

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih,” (QS. an-Nuur: 63).

Dan menjauhkan diri dari menentang segala ucapan dan perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً ﴾ [النساء: 115 ]

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali,” (QS. An-Nisaa`: 115).

Dan mengucapkan shalawat setiap kali menyebut nama beliau atau disebutkan orang lain. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا  عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب: 56 ]
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya,” (QS. al-Ahzab: 56).

Allah subhanahu wata’ala menyuruh mengucapkan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjelaskan tata cara membaca shalawat kepadanya dengan wahyu dan tidak membiarkan hal itu menurut cara dan keinginan manusia. Dari Abu Mas’ud al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيرضي الله عنه قَالَ: أَتَانَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ أَمَرَنَا اللَّهُ تَعَالَى أَنَّ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا  صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ  عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ  عَلِمْتُمْ) رواه مسلم 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kami dan kami sedang beradhiyallahu ‘anhua di majelis Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhu, Basyir bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata kepada beliau: Allah subhanahu wata’ala menyuruh kami mengucap shalawat kepadamu, wahai Rasulullah, bagaimana kami mengucap shalawat kepadamu? Ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diam sehingga kami berangan-angan bahwa ia tidak menanyakannya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah: Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau berikan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim di semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan salam sama seperti yang sudah kamu ketahui,’ (HR. Muslim).

BACA JUGA:  Wajibkah Salat Jamaah di Tempat yang Tidak Ada Masjid?

Semua kaum muslimin mengucap shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan shalawat yang diwahyukan Allah subhanahu wata’ala kepada beliau setiap kali mereka shalat, baik fardhu atau sunnah, dan shalat mereka tidak sah kecuali dengan hal itu.

Dan bagi semua yang telah lalu menjelaskan dari al-Qur`an dan sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah disyari’atkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا ﴾ [ الجاثية: 18 ]

“Kemudian Kami jadikan kamu beradhiyallahu ‘anhua di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu, (QS. al-Jatsiyah: 18).

Dan jelaslah dari al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya bahwa yang mensyari’atkan perayaan maulid nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia, bukan Allah subhanahu wata’ala dan bukan rasul-Nya.

قَالَ تَعَالَى: ﴿ أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن  بِهِ اللَّهُ ﴾
[ الشورى: ٢١]


“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah,” (QS. asy-Syura: 21).


و عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه:أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (( إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ: فِي  هَذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم فأَمَّا  الْمُنَافِقُ وَالْكَافِرُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ  ضَرْبَةً فَيَصِيحُ صَيْحَةً  يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ )) رواه البخاري

Dan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya bila seorang hamba diletakkan di kuburnya dan teman-temannya berpaling darinya, dan sesungguhnya ia mendengar suara sendal mereka, datanglah kepadanya dua orang malaikat, lalu mendudukkannya seraya berkata: Apakah yang engkau katakan pada laki-laki ini –bagi nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam-. Adapun orang munafik dan kafir ia berkata: saya tidak tahu, aku mengatakan seperti yang dikatakan manusia. Lalu dikatakan: engkau tidak tahu dan tidak menjadi, dan ia dipukul dengan gada/palu dari besi satu pukulan yang membuatnya berteriak yang didengar orang disekelilingnya selain jin dan manusia,” (HR. Al-Bukhari).

Dan jelas lah dari al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya bahwa amal ibadah yang tidak pernah disyari’atkan Allah subhanahu wata’ala dan disyari’atkan oleh manusia adalah ditolak. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قال  تعَالَى: ﴿ أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ﴾ [الشورى: ٢١]

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah,” (QS. sy-Syura: 21).

Dan firman Allah subhanahu wata’ala:

وَقَالَ تَعَالَى: ﴿ وَكَذَلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلاَدِهِمْ شُرَكَآؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُواْ عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ وَلَوْ شَاء اللّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ﴾  [الأنعام: 137]

“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang yang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agamanya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan,” (QS. al-An’aam: 137).


وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا:أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ » رواه مسلم   

Dan dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan amal ibadah yang tidak ada perintah kami atasnya maka ia ditolak,” (HR. Muslim).
 
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : ((تَرِدُ عَلَيَّ أُمَّتِي الْحَوْضَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوءِ وَلَيُصَدَّنَّ عَنِّي طَائِفَةٌ مِنْكُمْ فَلَا يَصِلُونَ فَأَقُولُ يَا رَبِّ هَؤُلَاءِ مِنْ أَصْحَابِي فَيُجِيبُنِي مَلَكٌ فَيَقُولُ وَهَلْ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ)) رواه مسلم وفي لفظ (إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا).

Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Umatku datang kepadaku di telaga bercahaya dari bekas wudhu, dan dihalangi dariku segolongan dari kamu maka mereka tidak bisa sampai, aku berkata: Wahai Rabb, mereka dari golongan sahabatku. Lalu ada malaikat yang menjawab pertanyaanku seraya berkata: ‘Apakah engkau mengetahui apa-apa yang mereka buat-buat sesudah engkau (wafat).’ HR. Muslim. Dan dalam satu lafazh hadits Muslim: ‘sesugguhnya mereka telah mengganti sesudah wafatmu, maka kukatakan: jauh sekali, jauh sekali.’

Dan sudah jelas dari penjelasan al-Qur`an bahwa orang yang beramal ibadah dengan sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan hanya disyari’atkan oleh manusia adalah mendapat siksa. Firman Allah subhanahu wata’ala:

قَالَ تَعَالَى: ﴿ هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ. وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ. عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ. تَصْلَى نَاراً حَامِيَةً ﴾ [الغاشية:1-4]

“Sudah datangkah kepadamu (tentang) hari pembalasan * Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, * bekerja keras lagi kepayahan, * memasuki api yang sangat panas (neraka),” (QS. al-Ghasyiyah: 1-4).
Semoga shalawat selalu tercurah kepada nabi dan pemimpin kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Wallahu’alam bish shawwab.

Sumber: Islamhouse.com
maulidnabi, maulid nabi muhammad, pidato maulid nabi, maulid nabi, maulid nabi saw, ceramah maulid nabi, maulid nabi muhammad saw, pidato maulid nabi muhammad saw, tentang maulid nabi, teks pidato maulid nabi, pidato maulid nabi muhammad saw, proposal maulid nabi, puisi maulid nabi, contoh pidato maulid nabi, teks ceramah maulid nabi, 

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button