FiqihKeluarga

Rukun dan Syarat Sah Talak dalam Islam

 
Oleh Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Rukun dan syarat sahnya talak di dalam Islam ada tiga:
 
1. Suami yang mukallaf (baligh dan berakal)
Rukun dan syarat sahnya talak di dalam Islam yang pertama adalah suami yang mukallaf atau baligh atau berakal. Artinya, selain suami tidak berhak menjatuhkan talak (mencerai). Hal ini berdasarkan sabda Nabi :
 
إنما الطلاق لمن أخذ بالساق
 
Sesungguhnya perceraian itu bagi yang memegang betis (suami),” (HR Ibnu Majah. Al-Albani: Hasan, dalam Sahih wa Daif Sunan Ibnu Majah: 1692)
 
Demikian juga apabila suami tidak berakal, belum baligh, dan tidak atas dasar pilihannya sendiri atau dipaksa, maka perceraian itu tidak sah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi :
 
رفع القلم عن ثلاثة عن النائم حتى يستيقظ وعن الصبي حتى يحتلم وعن المجنون حتى يعقل
 
Kalam (pencatat amalan) itu diangkat dari tiga orang; dari orang yang tidur hingga dia bangun, dari anak-anak hingga dia dewasa, dan dari orang yang gila hingga dia waras,” (HR Abu Dawud. Al-Albani: Sahih, dalam Sunan Abi Dawud lil Albani: 4403).
 
Juga berdasarkan sabda Nabi :
 
إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ ، وَالنِّسْيَانَ ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
 
Sesungguhnya Allah membebaskan dari umatku berupa kesalahan, lupa, atau karena suatu perbuatan yang dipaksa,” (HR Ibnu Majah. Al-Albani: Sahih, dalam Sahih wa Daif Sunan Ibnu Majah: 1664).
 
2. Ada ikatan pernikahan yang sah
Rukun dan syarat sahnya talak yang kedua adalah adanya keterikatan istri dengan suami yang mentalaknya dalam suatu ikatan pernikahan yang sah. Bahwasanya dia masih berada dalam perlindungannya, tidak keluar darinya dengan fasakh, atau talak, atau hukum peradilan.
 
Seperti halnya seorang wanita yang sedang menjalani masa iddah dari talak raj’i atau talak ba’in sughra. Maka, talak tidak terjadi (tidak sah) pada seorang perempuan yang bukan istrinya dan tidak pula pada perempuan yang terkena talak tiga, atau dengan fasakh, atau telah dicerai sebelum digauli. Karena talak yang tidak pada tempatnya (tidak sesuai dengan ketentuan syariat) maka hukumnya batal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi :
 
لَا نَذْرَ لِابْنِ آدَمَ فِيمَا لَا يَمْلِكُ ، وَلَا عِتْقَ لَهُ فِيمَا لَا يَمْلِكُ ، وَلَا طَلَاقَ لَهُ فِيمَا لَا يَمْلِكُ
 
Tidak ada nazar bagi seseorang pada sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak ada memerdekakan budak yang bukan miliknya, serta tidak ada talak pada wanita yang tidak dimilikinya,” (HR Tirmizi: Hasan Sahih. Al-Albani: Hasan Sahih, dalam Jamiut Tirmizi lil Albani: 1181).
 
3. Adanya lafaz talak yang jelas ataupun kiasan
Rukun dan syarat sah talak yang ketiga atau yang terakhir adalah adanya lafaz yang menunjukkan talak, baik dengan terang-terangan ataupun dengan kiasan. Apabila hanya niat tanpa ada lafaz, maka tidak jatuh talak dan istri tidak terkena talak. Hal ini berdasarkan sabda Nabi :
 
إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لأُمَّتِي عَمَّا وَسْوَسَتْ أَوْ حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ بِهِ أَوْ تَكَلَّمْ
 
Sesungguhnya Allah mengampuni bagi umatku atas sesuatu yang dibisikkan kepada hatinya, selama mereka belum mengucapkannya atau belum mengamalkannya,” (HR Bukhari: 6664).
 
Wallahu’alam bish shawwab.

BACA JUGA:  Apakah Dokter Wanita Boleh Menyunat (Khitan) Anak Laki-Laki?

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button