Uncategorized

Pergi dan Berjalan Menghadiri Sholat Berjamaah

Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi

Jika seseorang hendak keluar dari rumahnya menuju masjid, maka disunnahkan baginya untuk mendahulukan kaki kanannya sambil membaca doa,
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ أَوْ نَضِلَّ أَوْ نَظْلِمَ أَوْ نُظْلَمَ أَوْ نَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا
Dengan (menyebut) Nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari tersesat atau disesatkan, atau dari tergelincir (ke dalam dosa) atau digelincirkan, atau dari berbuat zalim atau dizalimi, atau dari berbuat bodoh atau dibodohi,” (HR At-Tirmidzi: 3427. Shahih menurut At-Tirmidzi, tapi Dhaif menurut Darussalam).
Atau membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِينَ عَلَيْكَ وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَاىَ هَذَا فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلاَ بَطَرًا وَلاَ رِيَاءً وَلاَ سُمْعَةً وَخَرَجْتُ اتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيذَنِي مِنَ النَّارِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah, aku memohon (dengan bertawasul) kepadaMu dengan hak orang-orang yang memohon kepadaMu serta hak langkah kakiku, sesungguhnya aku tidak keluar dalam keadaan kufur nikmat, tidak dalam keadaan sombong, tidak dalam keadaan riya dan tidak untuk mencari ketenaran, tetapi aku keluar karena memohon kepadaMu agar Engkau menyelamatkan diriku dari azab neraka dan mengampuni semua dosaku karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau,” (HR Ibnu Majah: 778. Dhaif menurut Darussalam).
Atau membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ يَسَارِي نُورًا، وَفَوْقِي نُورًا، وَتَحْتِي نُورًا، وَأَمَامِي نُورًا، وَخَلْفِي نُورًا، وَاجْعَلْ لِي نُورًا
Ya Allah, berikanlah cahaya pada hatiku, lidahku, pendengaranku, penglihatanku, dari samping kananku, samping kiriku, serta dari atasku. Ya Allah, perbesarlah cahaya di dalam diriku,” (HR Bukhari: 6316).
Kemudian, hendaklah ia berjalan dengan penuh ketenangan dan kemantapan, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
‏ إِذَا أُقِيمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ، وَأْتُوهَا تَمْشُونَ عَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
Jika kamu bermaksud menghadiri shalat, hendaklah kamu berjalan dengan penuh ketenangan, maka apa yang kamu dapatkan (dari shalat), hendaklah kamu menunaikannya, sedangkan apa yang terlewatkan darimu, hendaklah kamu menyempurnakannya,” (HR Bukhari: 908).
Kemudian saat ia sampai di masjid dan akan memasukkannya, hendaklah ia mendahulukan kaki kanannya sambil membaca doa berikut:
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيُسَلِّمْ عَلَى النَّبِيِّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ ثُمَّ لْيَقُلِ اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ ‏.‏ وَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ
Ketika kalian memasuki masjid, ucapkanlah shalawat kepada Rasul Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan membaca, “Allahumaf takhli abwaba rakhmatik,” (Ya Allah, bukakanlah kepadaku pintu rahmatMu). Dan ketika keluar, ucapkanlah, “Allahuman inni asaluka min fadhlik,” (Ya Alllah, hamba memohon kepadamu karuniaMu),” (HR Ibnu Majah: 772. Shahih menurut Darussalam).
Kemudian, hendaklah ia tidak langsung duduk sehingga melakukan shalat tahiyyatul masjid terlebih dahulu. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ
Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, hendaklah kalian tidak duduk sehingga shalat (sunnah) dua rakaat,” (HR Bukhari: 1167).
Pengecualian ada pada mereka yang memasuki masjid di saat matahari terbit atau matahari terbenam (setelah shalat subuh atau shalat ashar –red). Maka ia boleh langsung duduk serta tidak perlu melaksanakan shalat sunnah dua rakaat terlebih dahulu karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melarang pelaksanaan shalat pada kedua waktu tersebut (Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada juga beberapa ulama yang membolehkan shalat sunnah di kedua waktu tersebut jika memang ada dasarnya, seperti shalat tahiyatul masjid dan shalat jenazah. Silakan membuka tautan berikut wallahu’alam –red).

BACA JUGA:  Fiqih (Wanita) Islam: Hal-hal yang Dilarang dan yang Dibolehkan ketika Haid atau Nifas

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button